Rumah Sakit Modal Nol: Penerapan Formula 4M dalam Membangun Rumah Sakit
- Version
- Download
- File Size 0.00 KB
- File Count 0
- Create Date Januari 30, 2024
- Last Updated Januari 30, 2024
Rumah Sakit Modal Nol: Penerapan Formula 4M dalam Membangun Rumah Sakit
Judul: Rumah Sakit Modal Nol: penerapan formula 4M dalam membangun rumah sakit
Penulis: Parni Hadi
RUMAH SAKIT MODAL KEPERCAYAAN PUBLIK
Oleh Parni Hadi
“All begin with idea” (Semua bermula dari ide). Ide adalah bagian dari kreatifitas dan kreatifitas adalah modal awal produktifitas. Ada yang bilang, ide adalah modal besar. Judul buku karya pak Ismail A. Said ini bombastis, menggoda, menggelitik orang untuk melirik dan kemudian membaca. Semoga membaca buku ini dengan membeli.
Penulis buku ini sangat piawai dalam memilih judul “Rumah Sakit Modal Nol”. Orang pasti tidak percaya bahwa membangun RS dengan modal nol. Dalam praktek, membangun RS perlu modal puluhan Milyar Rupiah. Kalau saya boleh memilih, agar lebih realistis, judul yang lebih pas adalah Rumah Sakit Modal Kepercayaan Publik (public trust). Kenyataannya, Rumah Sakit yang dibangun oleh DD juga memakai uang, yakni dana wakaf yang mengalir dari wakif karena kepercayaan publik terhadap Dompet Dhuafa. Tentu setiap pengarang berhak memilih judul.
Untuk lebih jelasnya bagaimana DD bisa membangun Rumah Sakit dengan modal kepercayaan publik, baca buku ini dengan cermat, terutama tentang penerapan formula 4M dalam membangun RS. RS DD yang menyandang nama RS. Rumah Sehat Terpadu (RST) diawali dengan Klinik Dhuafa. Ide Klinik Dhuafa muncul setelah saya sebagai PU/Pemred Republika didatangi oleh 3 (tiga) orang dokter yakni, dr. Nila Moeleok (kemudian menjadi Menkes RI), dr. Akmal Taher dan dr. Agung Sutiyoso.
Dari diskusi dengan ketiga dokter itu, muncul gagasan untuk mengumumkan pasien yang tidak mampu berobat mendaftarkan diri ke DD yang kemudian biaya berobatnya dibayar oleh dana zakat yang dikelola DD. Dari Klinik Dhuafa, kemudian lahir Lembaga Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) yang diresmikan oleh Wapres Hamzah Haz tahun 2001 dan dihadiri oleh Menkes Prof. dr. Sujudi. LKC didirikan waktu DD dipimpin oleh Bung Erie Sudewo. Dari LKC kemudian muncul gagasan membangun Rumah Sehat di Masjid Sunda Kelapa yang diprakarsai oleh pimpinan DD waktu itu, Bung Rahmad Riyadi (RR).
Kemudian, Pak Ismail A. Said sebagai pimpinan DD pengganti RR mengusulkan pada saya untuk membangun RST di Parung dengan dana wakaf dan saya menyetujuinya. Dari satu rumah sehat sekarang DD memiliki 7 (tujuh) RS yang berkembang secara menggembirakan. Lima dari Tujuh RS tersebut memperoleh akreditasi Bintang 5, sedangkan dua lainnya mendapat Bintang 4. Secara finansial, RS milik DD di samping membantu kaum dhuafa juga telah mencatat surplus. Ini sebuah terobosan awal dari philantropreneurship (filantropreneur), kegiatan filantropi yang dikelola secara wirausaha sosial.
RS adalah pertemuan pertama antara agama dan ilmu pengetahuan (the first encounter of religion and science). RS itu padat teknologi canggih. Tapi, dengan mengamalkan prinsip pelayanan Islami, RS DD membimbing pasien untuk berdoa, mohon kesembuhan dari Allah SWT, ada sesi layanan bimbingan ruhani. Dengan keberhasilan tujuh RS itu, sebenarnya DD telah memasuki industrialisasi bidang kesehatan. Alasannya, RS itu padat modal, padat otak, padat tenaga dan padat tanggungjawab/risiko. Selamat untuk Pak Is atas buku karya Anda ini.
Jakarta, 03 Januari 2024