Mendobrak Batas: Anak Sawah Mengejar Gelar Doktor di Korea
- Version
- Download
- File Size 0.00 KB
- File Count 0
- Create Date April 28, 2025
- Last Updated April 28, 2025
Mendobrak Batas: Anak Sawah Mengejar Gelar Doktor di Korea
Mendobrak Batas: Anak Sawah Mengejar Gelar Doktor di Korea
Suatu ketika dalam sebuah obrolan santai di bilangan Tebet, Jakarta Selatan seorang paruh baya menasehati saya “Mas Rohib, kalau mau tahu bagaimana orang – orang besar bisa sukses. Baca buku biografi atau autobiografi mereka. Di buku itu kita akan dapatkan bagaimana orang – orang tersebut melalui fase demi fase kehidupan yang dijalani hingga akhirnya mereka bisa mencatatkan nama dan kisah mereka di dalam buku tersebut ”. Nasehat ini memantik saya untuk dikemudian hari tidak hanya hobi membaca buku biografi atau autobiografi para tokoh – tokoh di Indonesia dan dunia tetapi juga diam – diam menyalakan api harapan bahwa suatu saat nanti saya harus mampu menuliskan kisah hidup yang telah dijalani.
Ketika saya berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan S3 atau tingkat doktoral, percikan – percikan api untuk membuat sebuah autobiografi pun menyala kembali. Alasannya tak lain dan tak bukan adalah karena ingin menceritakan semua fase yang dilalui, dengan harapan cerita yang ditulis dapat menjadi cermin rasa syukur atas segala karunia yang Allah SWT berikan. Harapan lainnya, mungkin kisah – kisah ini akan menginspirasi orang lain, wabil khusus sanak – saudara yang merupakan lingkaran terdekat dimana saya dilahirkan dan dibesarkan. Sekaligus ungkapan terimakasih kepada mereka, karena kisah yang akan saya tulis pastilah berpadu padan dengan aktivitas yang mereka jalani. Oleh karenanya, saya akhirnya membuat catatan cerita – cerita yang dibukukan ini.
Kalaulah catatan – catatan ini belum layak disebut sebagai sebuah buku apalagi biografi, maka saya ingin menamainya sebagai penggalan kisah. Kisah yang berisi potongan – potongan cerita yang saya lalui sepanjang menempuh pendidikan tingkat tinggi baik di dalam maupun di luar negeri, khususnya jenjang S3, dengan latar berbagai orang yang menjadi peran di dalamnya. Cerita dan orang – orang yang terlibat didalam kisah – kisah yang saya tulis ini, sungguh sangat berkesan bagi saya sehingga banyak kisah yang telah lama berlalu dari masa saya wisuda S3, namun kejadiannya masih sangat rapih saya ingat.
Satu hal yang cukup sulit untuk ditulis dari kisah – kisah yang ada pada kumpulan cerita di buku ini adalah ketika harus “mengglorifikasi kesengsaraan”. Kesengsaraan yang saya maksud adalah terkait dengan cerita – cerita kemelaratan, kekurangan uang, dan hal – hal lainnya yang berhubungan dengan kekurangan harta benda. Meski saya dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana dengan melalui berbagai fase kehidupan, saya diajarkan untuk tidak mudah menampakkan kesusahan – kesusahan tersebut. Bukan berarti sombong dan sok kuat, tetapi bagi kami, menampakkan kesengsaraan dan wajah memelas di depan orang adalah bentuk ketidaksyukuran atas segala nikmat yang Allah SWT karuniakan. Selain itu, ada perasaan “emoh” untuk dikasihani oleh sesama makhluk karena sejatinya hanya Allah SWT tempat mengadu dan memohon pertolongan serta perlindungan. Namun, fakta yang mungkin nanti didapatkan dari 2 sebagian kisah – kisah di buku ini adalah cerita tentang bagaimana kesusahan rizki, kesulitan ekonomi, dan ketidakmampuan financial harus saya jalani sebagai bagian dari takdir yang memang sudah digariskan dalam hidup saya.
Di buku ini, selain saya menceritakan segala interaksi dengan keluarga, sebagai lingkaran terdekat, juga banyak menuliskan kisah bersama dengan para guru dan para teman, baik yang sebaya maupun yang lebih senior. Lebih khusus lagi interaksi saya dengan Sholahudin, teman seperjuangan yang membersamai perjuangan untuk menggapai mimpi menjadi doctor. Saya mendapatkan banyak sekali ilmu, pelajaran, bimbingan, dan bantuan dari Sholahudin dan orang – orang sekitar hingga berada di fase hari ini. Penggalan kisah dengan Sholahudin dan orang – orang terdekat ini adalah memori yang begitu lekat dalam fikiran saya, sehingga saya masih mampu menceritakannya kembali melalui tulisan di buku ini. Saya pun ingin berkisah melaui buku ini bagaimana saya menghadapi dan bertindak ketika dihadapkan pada tantangan dan fase kesulitan dalam menyiapkan dan menjalani studi S3 hingga akhirnya saya dapat menyelesaikan misi studi ini.
Akhirul kalam, buku ini saya tulis dengan tujuan utama sebagai tahaddus binni’mah, ungkapan kesyukuran atas segala nikmat yang Allah SWT berikan dan mencoba untuk menyebarkannya sebagai ajakan untuk kita selalu mensyukuri apapun yang Allah SWT anugerahi. Karena dalam proses memahami, menerima dan kemudian mensyukuri takdir ada banyak hikmah yang bisa kita petik. Mudah – mudahan kisah – kisah yang saya tulis bisa dipetik manfaatnya bagi siapapun yang berkenan membaca buku ini.
Dari Pinggir sungai Gapcehon, Daejeon
Tabik,
Rohib